Jumat, 10 Mei 2013

ADAPTASI MAKHLUK HIDUP

Setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan dan bertahan
hidup yang berbeda-beda. Ada makhluk hidup yang jumlahnya terus
berkurang, karena lingkungan sekitar tidak melindunginya dari
hewan pemangsa. Selain itu, ada makhluk hidup yang mempunyai
keturunan dengan jumlah banyak, sedangkan makhluk hidup lainnya
mempunyai keturunan yang sedikit. Mengapa hal itu terjadi?
Setiap makhluk hidup selalu berusaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Suatu jenis makhluk hidup dapat hidup
lestari pada suatu lingkungan karena berbagai hal. Misalnya, jenis
makhluk hidup tersebut dapat menyesuaikan diri atau berdaptasi
terhadap lingkungannya, dapat lolos dari seleksi alam, dan dapat
berkembang biak
Setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jika makhluk hidup tidak
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, makhluk hidup
tersebut dapat punah. Sebagai contoh, jika ayam dipindah ke air
lama-kelamaan akan mati karena tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan berair. Jadi, adaptasi adalah kemampuan
makhluk untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemampuan adaptasi sangat berkaitan dengan kelangsungan
hidup. Makin besar kemampuan beradaptasi, makin besar kemungkinan
bertahan hidup. Dengan kemampuan adaptasi yang besar,
suatu jenis makhluk hidup dapat menempati habitat yang beragam.
Manusia merupakan contoh jenis makhluk hidup yang
mempunyai kemampuan yang besar dalam beradaptasi. Hampir
semua habitat dihuni oleh manusia. Dari pantai hingga pegunungan
yang tinggi, dari hutan tropis yang yang panas dan lembap sampai
gurun pasir yang kering dan panas, serta daerah kutub yang dingin.
Secara garis besar adaptasi makhluk hidup dibedakan
menjadi tiga, yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan
adaptasi perilaku.
  1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi merupakan bentuk adaptasi pada
makhluk hidup yang paling mudah kita kenal. Sebab adaptasi
morfologi berkaitan dengan bentuk tubuh organ tubuh bagian luar.
Berbagai contoh adaptasi morfologi sebagai berikut.
a. Adaptasi morfologi pada paruh burung
Apa jenis makanan berbagai macam burung (unggas) yang
ada di sekitarmu? Kalau kita amati, ada burung yang memakan bijibijian,
ada yang memakan serangga, ada yang memakan daging, dan
ada yang mengisap madu. Untuk mengambil makanan dari
lingkungannya, burung memerlukan paruh yang sesuai dengan
makanannya.
Bentuk paruh burung nuri pendek dan kuat, sesuai dengan
makanannya yang berupa biji-bijian. Bentuk paruh burung elang
runcing agak panjang dan ujung paruh atas agak membengkok ke
bawah. Bentuk paruh seperti itu cocok untuk merobek daging.
Bentuk paruh burung pelikan panjang, lebar, dan agak berkantong.
Hal itu disesuaikan dengan jenis makanannya yang licin, misalnya
ikan. Bentuk paruh burung kolibri khas sekali sebagai pengisap
madu, yaitu kecil, runcing, dan panjang. Aneka ragam bentuk penuh
burung sesuai dengan jenis makanan itulah yang merupakan bentuk
adaptasi marfologi.
   b. Adaptasi morfologi pada kaki burung
Selain dapat dilihat dari bentuk paruhnya, adaptasi morfologi
pada burung juga dapat dilihat dari bentuk kakinya. Ada kaki burung
petengger, kaki burung pemanjat, kaki burung perenang, dan ada
pula kaki burung pencengkeram. Dapatkah kamu menyebutkan
bentuk kaki burung lainnya? Pada umumnya burung petengger
mempunyai jari kaki panjang dan semua jari terletak pada satu
bidang datar. Bentuk kaki seperti itu cocok untuk hinggap pada
ranting-ranting pohon yang kecil, contohnya burung kutilang. Kaki
burung pemanjat mempunyai dua jari ke depan dan dua jari ke
belakang, misalnya kaki burung pelatuk. Kaki burung perenang,
terdapat selaput renang di antara jari-jarinya. Burung yang biasa
berenang, misalnya angsa, itik, pinguin, dan pelikan. Kaki burung
pencengkram mempunyai ukuran yang pendek dan cakarnya sangat tajam. Jika sedang mencengkram mangsa, jari depannya dapat
diputar ke belakang. Burung yang mempunyai kaki seperti itu,
misalnya burung elang, rajawali, dan burung hantu
   c. Adaptasi morfologi pada mulut serangga
Adaptasi morfologi pada serangga dapat kita lihat pada tipe
mulutnya. Bagian mulut serangga pada dasarnya terdiri atas satu
bibir atas (labrum), sepasang rahang (mandibula), satu hipofaring,
sepasang maksila, dan satu bibir bawah (labium). Pada belalang,
jangkrik, dan kecoa mulutnya dilengkapi dengan rahang atas dan
rahang bawah yang sangat kuat. Tipe mulut seperti pada serangga
tersebut dinamakan tipe mulut penggigit. Kutu dan nyamuk
mulutnya mempunyai rahang yang panjang dan runcing, sehingga
memungkinkan untuk menusuk kulit manusia atau hewan lain. Tipe
mulut seperti itu dinamakan tipe mulut penusuk-pengisap. Kupukupu
mulutnya dilengkapi dengan alat, seperti belalai yang panjang
dan dapat digulung. Tipe mulut seperti pada kupu-kupu tersebut
dinamakan tipe mulut pengisap. Lebah madu dan lalat mulutnya
dilengkapi dengan alat untuk menjilat atau bibir. Tipe mulut seperti
itu disebut tipe mulut pengisap-penjilat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar